KARAKTERISTIK FINGER JOINT LAMINATING BOARD ASAL JATI CEPAT TUMBUH
Dwi Ajias Pramasari 1 *, Lisa Dwi Hanifah 2, Yusup Amin 1, Sukma Surya Kusumah 1, Wahyu Dwianto 1
1 Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor 16911
1 Program Studi Kimia, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, Yogyakata
*E-mail : dwi.ajias@gmail.com
ABSTRAK
Penggunanan kayu jati cepat tumbuh yang berumur muda atau dalam fase juvenil semakin mengalami peningkatan dikarenakan ketersediaan jati alam (konvesional) semakin menipis. Oleh karena itu diperlukan penelitian terkait sifat-sifat dasar salah satunya komponen ekstraktif dari jati cepat tumbuh yang diharapkan akan memiliki sifat kekuatan dan keawetan alami yang mendekati jati konvensional. Penelitian ini menggunakan Jati Platinum yang merupakan jati cepat tumbuh yang dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sampel Jati Platinum yang digunakan pada penelitian berasal dari kawasan Cibinong Science Center dengan umur pohon 10 tahun. Metode ekstraksi yang dilakukan menggunakan soklet pada tiga pelarut, yaitu etanol-benzena (1:2), kloroform, dan aseton serta kelarutan dalam air dingin dan air panas dengan metode TAPPI T 207 cm-93. Hasil penelitian menunjukkan komponen ekstraktif tertinggi dengan penggunaan pelarut etanol-benzena (1:2), sedangkan nilai terendah komponen ekstraktif pada kelarutan menggunakan air panas. Diperlukan penelitian lanjutan terkait hubungan komponen ekstraktif dengan keaweta dari jati cepat tumbuh.Kata Kunci : cepat tumbuh, ekstraktif, keawetan, Jati Platinum
OPTIMASI KONSENTRASI PULP PADA PEMBUATAN BIOETANOL DARI RUMPUT GAJAH
(Pennisetum purpureum)
Ina Winarni dan Gunawan Pasaribu
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan
ABSTRAK
Semakin tingginya konsumsi bahan bakar, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang berasal dari fosil, akan menyebabkan semakin menipisnya cadangan BBM dan tingginya polusi udara yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Sehingga perlu dicari bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan ketersediannya melimpah di alam yang disebut bahan bakar nabati (BBN). Salah satu jenis bahan bakar nabati adalah bioetanol. Bahan baku yang dapat diproduksi menjadi bioetanol dan ban adalah biomasa atau bahan berlignoselulosa. Rumput gajah merupakan salah satu jenis bahan berlignoselulosa yang memiliki kadar selulosa tinggi (40.85%). Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi pulp optimum dengan penambahan Tween 20 pada proses sakarifikasi dengan dua jenis ragi komersil (fermipan dan mauripan) pada proses fermentasi. Variasi pulp yang digunakan adalah (20, 25 dan 30% dw) dengan konsentrasi Tween 20 (0% dan 1% v). Gula pereduksi yang dihasilkan dianalisa dengan kadar gula pereduksi, dan kadar etanol diuji dengan gas khromatogram. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan konsentrasi pulp dan penambahan Tween 20 sebesar 1% dapat meningkatkan kadar etanol bahan dibandingkan kontrol (Tween 0%). Kadar etanol tertinggi dihasilkan pada konsentrasi pulp sebesar 30% dengan kadar etanol 13.09% dengan ragi fermipan dan 13.94% dengan menggunakan ragi Mauripan.Kata Kunci: Lignoselulosa, rumput gajah, bioetanol, Fermipan, Mauripan
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI PEREKAT TERHADAP SIFAT PELLET DARI SERBUK KAYU MERBAU DAN BINUANG
Muliyana Arifudin, Wahyudi, Desy I.M.A.
Fakultas Kehutanan Universitas Papua Jl. Gunung Salju Amban Manokwari Papua Barat 98314 Indonesia
e-mail : m.arifudin@unipa.ac.id
ABSTRAK
Pellet diproduksi dari serbuk kayu merbau dan binuang dengan menggunakan 2 perekat (tepung tapioka dan ampas sagu) dengan konsentrasi yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh jenis perekat dan konsentrasinya terhadap kualitas pellet yang dihasilkan berdasarkan standar SNI. Pelet dihasilkan secara manual dengan menggunakan penggiling daging sederhana. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pellet yang menggunakan perekat tepung tapioca, konsentrasi yang direkomendasikan adalah 40% untuk serbuk kayu merbau dan 50% untuk serbuk binuang. Untuk perekat ampas sagu, konsentrasi yang baik untuk membuat pellet dari kayu merbau dan binuang adalah 70%. Selain itu, pellet yang dibuat dengan perekat tapioka memiliki sifat fisika dan kimia serta nilai kalor yang lebih baik daripada pellet yang dibuat dengan perekat ampas sagu. Pellet yang dihasilkan dari jenis kayu dengan kedua perekat ini tidak memenuhi beberapa parameter dari standar SNI.Kata kunci : limbah ampas sagu, tepung tapioca, serbuk kayu merbau, serbuk kayu binuang, bio pellet
PENENTUAN TITIK TRANSISI KAYU JUVENIL KE KAYU DEWASA PADA JENIS CEPAT TUMBUH
ASAL SUKABUMI, JAWA BARAT
Dewi Sondari, Rahmawati Putri, Riska Suryaningrum, Oktan Dwi Nurhayat, Faizatul Falah,
Kharisma Panji Ramadhan, Yusup Amin
Pusat Penelitian Biomaterial LIPI, JL. Raya Bogor km 46 Cibinong, Bogor Indonesia, 16911
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh kecepatan dan waktu pengadukan terhadap ukuran partikel pati tapioca menggunakan metode presipitasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan dan waktu pengadukan terhadap ukuran partikel pati tapioca. Dalam penelitian ini variasi kecepatan pengadukan yang digunakan adalah 300, 400, dan 500 rpm dan variasi waktu pengadukan selama 1,5, 2, 3, dan jam. Ethanol 96% digunakan sebagai pelarut dalam proses presipitasi. Pada penelitian ini semakin cepat kecepatan dan semakin lama waktu pengadukan tidak memberikan hasil sebanding dengan semakin kecilnya ukuran partikel. Dalam hal ini memungkinkan bahwa setiap variasi kecepatan dan lama waktu pengadukan memiliki kondisi optimalnya masing-masing. Proses presipitasi pada kecepatan 500 rpm dan waktu 3 jam memiliki ukuran partikel terkecil yakni sebesar 14.89859 μm.Kata kunci:
ANALISIS PEREKAT STYROFOAM BERDASARKAN PERBANDINGAN JUMLAH PELARUT PERTALITE
Sonia Somadona 1, Evi Sribudiani 1, Franciscus Xaverius Sitorus 1
1 Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau
e-mail : sonia_hut@yahoo.co.id
ABSTRAK
Styrofoam berkontribusi besar sebagai sampah, terutama karena sifatnya yang ringan seperti mengapung di atas air dan atau mudah ditiup angin dari satu tempat ke tempat lain bahkan ketika dibuang dengan tidak benar. Styrofoam dapat dijadikan sebagai perekat apabila dicampur dengan pertalite. Materi dari styrofoam ini bersifat non-daur ulang dan non-biodegradable (tidak dapat membusuk menjadi zat konstituen), oleh sebab itu, dengan penggunaan bahan tambah (additive) styrofoam yang sulit terurai dan didaur ulang akan mendukung gerakan ramah lingkungan karena dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Penelitian ini akan melihat perbedaan kualitas perekat yang dihasilkan terhadap perbedaan jumlah pelarut pertalite yang diberikan. Perbandingan Styrofoam dengan pelarut yang diberikan yaitu 30:70, 40:60, 50:50. Metode pengujian kualitas perekat berdasarkan standar SNI 06-4567-1998. Kenampakan perekat dari masing-masing perbandingan Styrofoam dengan pelarut 30:70, 40:60, 50:50 yaitu Cair, Styrofoam Sudah Hancur, Putih Kehijau-Hijauan; Kental , Styrofoam Sudah Tercampur, Hijau; Pekat, Styrofoam tidak habis, Hijau Kehitaman. Nilai pH yaitu 1,35,1,04, dan 1,01. Waktu gelatinasi yaitu 23 menit, 38 menit dan 42 menit. Kualitas perekat dengan perbandingan jumlah pelarut yang berbeda menunjukan adanya perbedaan kualitas.Kata kunci: Styrofoam, Pertalite, Perekat, Kualitas
ANTIOKSIDAN DARI PROPOLIS LEBAH Heterotrigona itama YANG DIBUDIDAYAKAN DI SAMARINDA
Liidza Diana Mandzilkh 1, Harlinda Kuspradini 1, Enos Tangke Arung 1, 2*
1 Laboratory of Forest Product Chemistry, Faculty of Forestry, Mulawarman University, Samarinda, 75123, Indonesia
2 Research Center for Drugs and Cosmetics from Tropical Rainforest Resources, Mulawarman University, Samarinda, Indonesia
* corresponding author : tangkearung@yahoo.com
ABSTRAK
Propolis adalah material lengket berwarna gelap yang dikumpulkan lebah dari tanaman hidup, dicampur dengan lilin dan digunakan dalam konstruksi dan adaptasi sarang mereka. Propolis yang dihasilkan dari masing-masing jenis lebah memiliki karakteristik yang berbeda secara fisik. Tidak menutup kemungkinan karakteristik ini juga berbeda dari komponen kimia yang memengaruhi aktivitas antioksidannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas antioksidan pada propolis yang dihasilkan dari lebah jenis Tetragonula itama. Hasil pengujian dengan DPPH, aktivitas antioksidan yang ditunjukkan dari propolis ini sangat tinggi sehingga dapat menjadi acuan untuk penelitian lanjutan atau pengembangan produk lebah ini.Kata kunci:
PEMANFAATAN MADU DARI JENIS Tetragonula iridipenis SEBAGAI ANTIOKSIDAN
Prasetia Aktavinaldy Santoso 1, Irawan Wijaya Kusuma 1, 2, Enos Tangke Arung 1, 2*
1 Laboratory of Forest Product Chemistry, Faculty of Forestry, Mulawarman University, Samarinda, 75123, Indonesia
2 Research Center for Drugs and Cosmetics from Tropical Rainforest Resources, Mulawarman University, Samarinda, Indonesia
* corresponding author : tangkearung@yahoo.com
ABSTRAK
Pulau Kalimantan merupakan pulau yang memiliki biodiversitas atau keanekaragaman hayati berupa spesies flora dan fauna yang khas di dalamnya, serta memiliki komoditas hasil hutan dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Hasil hutan bukan kayu merupakan potensi besar yang terpendam di hutan dan belum digali untuk dikelola secara lestari sampai saat ini. Salah satu produk dari hasil hutan bukan kayu adalah madu. Madu lebah dapat digunakan sebagai bahan kosmetik dan obat berbagai macam penyakit. Penelitian ini meliputi pengujian antioksidan madu jenis lebah dari Tetragonula iridipenis. Pengujian antioksidan dilakukan pada konsentrasi 100 ppm dengan vitamin C sebagai kontrol positif dan DPPH sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel madu dari lebah Tetragonula iridipenis memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.Kata kunci: Tetragonula iridipenis, Antioksidan, Hasil Hutan Bukan Kayu
BEE POLLEN LEBAH KELULUT JENIS Tetragonula reepeni SEBAGAI ANTIOKSIDAN*
Dinda Tiara 1, Sukemi 3, Nataniel Tandirogang 2,4, Enos Tangke Arung 1, 4**
1 Lab. Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Univesitas Mulawarman, Samarinda,
2 Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman, Samarinda,
3 Faculty Keguruan dan Ilmu Pedidikan, Universitas Mulawarman, Samarinda,
4 Pusat Unggulan Iptek Obat dan Kosmetik dari Hutan Tropika Lembab dan Lingkungannya,
* Riset ini didanai Kemenristekdikti (No. 198/UN17.41/KL/2019)
**e-mail : tangkearung@yahoo.com
ABSTRAK
Beepollen (serbuk sari lebah) merupakan 1 dari 3 produk yang dihasilkan lebah selain madu dan propolis. Bee pollen atau serbuk sari lebah sendiri merupakan makanan yang sangat fungsional karena mengandung karbohidrat, protein, asam amino, gula serat, vitamin dan garam mineral. Beepollen jenis Tetragonula reepeni yang diuji berasal dari Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dengan pengujian yang dilakukan adalah kadar antioksidan untuk mengetahui kemampuan sampel tersebut dalam menangkal radikal bebas. Sebagai pembanding kontrol positif digunakan Vitamin c, sedangkan untuk kontrol negatif digunakan DPPH (1,1-diphenyl-2-picylhydrazyl). Hasil yang didapatkan cukup bagus pada pengujian antioksidan terhadap beberapa sampel beepollen dari Kabupaten PPU dan Kota Balikpapan. Pada pengujian kadar antioksidan diperoleh cukup baik untuk penghambatan radikal bebas dengan berbagai konsentrasi yang diuji.
Kata Kunci : Beepollen, antioksidan, DPPH, radikal bebas.
POTENSI BIOAKTIVITAS KULIT BATANG KRATOM (Mitragyna speciosa K.)
Dian Puspitasari1*, Harlinda Kusprandini 1
1 Program Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman *e-mail : dianpuspitasari5098@gmail.com
ABSTRAK
Tumbuhan obat yang kandungan bioaktifnya dapat dimanfaatkan untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit. Dalam hal ini digunakan sebagai antioksidan, anti bakteri dan penyakit jenis lainnya. Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat adalah kratom (Mitragyna speciosa K.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa yang terkandung pada Mitragyna speciosa sebagai aktivitas antimikroba dan dilakukan uji toksisitas. Kulit batang dari Mitragyna speciosa di ekstraksi dengan metode maserasi bertingkat menggunakan tiga jenis pelarut yakni n-heksana, etil asetat dan etanol. Dari tiga jenis ekstrak pelarut sebelumnya, akan diuji antimikroba dengan jamur Candida albicans dan bakteri Streptococcus sobrinus menggunakan metode difusi. Dan uji toksisitas menggunakan hewan uji larva Artemia salina metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), serta mengidentifikasi presentasi kematian larva udang menggunakan analisis probit (LC50). Hasil yang diperoleh dari bahwa pada pengujian fitokimia senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada kulit batang adalah golongan senyawa alkaloid, flavonoid, triterpenoid, steroid, polifenol, dan tanin. Pengujian toksistas menunjukan nilai LC50 ekstrak kasar etil asetat 414 ppm, ekstrak kasar etanol 358 ppm, dan ekstrak kasar n-heksana 114 ppm. Berdasarkan tingkat toksisistas nilai LC50 dari ekstrak kasar etanol, ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana berpotensi sebagai sitotoksik. Uji antimikroba penghambatan tertinggi terhadap jamur Candida albicans terdapat pada ekstrak etil asetat Mitragyna speciosa bagian kulit batang sebesar 53 % dengan konsentrasi 500 ppm.
Kata Kunci : Mitragyna speciosa K., Candida albicans, toksisitas, BSLT, antimikroba
DPPH-RADICALS SCAVENGING ACTIVITY OF CRUDE METHANOL EXTRACT OF Gmelinai elliptica LEAVE FROM BERAU DISTRICT
Trie Roma Dhona 1, Sonja V.T. Lumowa 2, Enos Tangke Arung 3, Sukemi 4
1 Biology Education Program, Faculty of Teacher Training and Education, Mulawarman University, Samarinda
2 Biology Lab., Faculty of Teacher Training and Education, Mulawarman University, Samarinda
3 Forest Product Chemistry Lab., Faculty of Forestry, Mulawarman University, Samarinda
4 Chemistry Education Program, Faculty of Teacher Training and Education, Mulawarman University, Samarinda
e-mail : kekem.basri@gmail.com
ABSTRAK
Gmelina elliptica was applied to treat otorrhea by villager at Berau district, East Kalimantan. Some researches were reported that G. elliptica has antioxidant activites. However antioxidant activities of G. elliptica leaves from Berau district have not been reported. This research was designed to know ability of crude methanol extract of G. elliptica leaves (CMGEL) to scavenge DPPH-radicals. The Leaves of G. elliptica were collected from a villager at Talisayan village, Indonesia. The antioxidant activity of CMGEL to scavenge DPPH-radicals was 62% at the concentration of 15 ppm. This preliminary research shows that the leaf of G. elliptica from Berau district has potency as antioxidant agent.Kata Kunci : Gmelina elliptica, Leave, DPPH, Antioxidant